6 April 2011

TULIP DARI SINAI DAN SAJAK LAINNYA DARI IQBAL

TULIP DARI SINAI DAN SAJAK-SAJAK IQBAL YANG LAIN
oleh Abdul Hadi Wm pada 25 Desember 2010 jam 5:32

SAJAK-SAJAK MUHAMAD IQBAL



Abdul Hadi W. M.





TULIP DARI SINAI



Di bawah kuasa-Nya dunia bergantung

Segenap makhluq dicipta untuk menaati perintah-Nya

Matahari sendiri tak lebih hanya tanda

Dari sujud alam yang lama di kening hari



Hatiku berkobar oleh nyala api dalam kalbu

Kepada bingai semesta, air mata darah meminjamkan

Penglihatanya. Ia yang tahu asyik nama lain dari Cinta

Bisakah sesat dari rahasia kehidupan?



Dunia hanya debu dan hati adalah buahnya

Hanya darah setetes yang membuatnya bingung

Jika kami tak memiliki penglihatan lahir dan batin

Tentu dunia akan terasa asing bagi kami



Musik cinta menemukan alatnya pada manusia

Rahasia ia singkap, dirnya satu semata dengan-Nya

Tuhan mencipta dunia, manusia membuatnya indah

Manusia adalah kerabat kerja dan sahabat Tuhan



Apa guna kalbu dalam dada, tanyamu

Akal yang dlimpahi rasa oleh Sang Pencipta

Jika rasa dalam dirimu hidup, hidup pulalah kalbumu

Jika tidak akal akan berubah menjadi debu



Jangan omeli apa tujuan hidup di bumi

Baik nikmati saja keajaibannya yang menawan

Kucintai pngembaraan jauh yang berkali-kali

Sebab setiap keberangkatan tantangan bagiku



Kau matahari, aku planet berputar mengitari-Mu

Diterangi oleh penglihatan-Mu

Terpisah dari-Mu adalah derita bagiku

Kau Kitab Agung, aku hanya setitip huruf di dalamnya



Disebut Cina, Arab, Parsi dan Afghan

Kita ini milik sebuah taman besar, pohon agung

Lahir di musim semi itulah keluhuran

Membedakan warna kulit adalah dosa besar



Dunia kita ini masih percobaan seorang pemahat

Perubahan demi perubahan akan ia alami siang malam

Pahatan Nasib memerintahkan kita bekerja terus

Memberi bentuk, sebab dunia masih pahatan kasar



Belajarlah dari kuntum bunga tentang hidup, o Hati!

Ia adalah perlambang hidupmu yang selalu mencari cahaya

Ia menyembul jauh dari kegelapan bumi

Namun sejak lahir memiliki mata di sinar matahari



Jika kau tahu kemungkinan-kemungkinanmu yang terpendam

Embun akan bisa kaucipta menjadi lautan

O Hati, mengapa mengemis terang kepada sinar bulan?

Nyalakan lampumu sendiri agar terang malam-malammu



Kau masih terikat pada warna kulit dan ras

Maka kausebut aku Afghan atau Turkoman

Namun aku pertama kali manusia, nyata manusia

Baru kemudian bisa kausebut India atau Turkistan







TUHAN DAN MANUSIA



Tuhan:



Kubuat dan kubentuk dunia ini daru empung yang sama

Kaubkini Iran, Ethiopia dan Mongolia

Dari tanah Kubuat besi, murni tak tercampur yang lainnya

Kamulah yang menjadikannya pedang dan senjata

KKau bikin kapak untuk menebang pohon yang Kutumbuhkan

Dan membuat sangkar untuk burung-burung yang berkicau bebas



Manusia:



Kau mencipta malam, aku mencipta lampu untuk meneranginya

Kau membuat lempung, darinya aku bikin cawan minuman cerlang

Kau jadikan hutan belantara, gunung dan padang rumputan

Aku cipta kebun, taman, jalan-jalan dan padang pengembalaan

Kurubah racun brbisa menjadi minuman segar

Akulah yang mencipta cermin cerlang dari pasir.











DARI ‘ASRAR-I KHUDI ATAU RAHASIA DIRI





Apabila kepada manusia di muka bumi

Cinta telah menyingkap pengetahuan Diri

Rahasia penjajahan akan dibaringkan telanjang

Di hadapan sekalian budak-budak

Menjadi `Attar, Rumi, al-Razi atau Ghazali

Semua jalan harus ditempuh dengan upaya keras

Mula-mula terdengar keluh kesah fajar

O Pebimbing jalan yang bijak

Walau mufasir lamban langkah jalannya

Jangan hapus kepercayaanmu kepada mereka

Mereka ini tidak kekurangan semangat





O Burung yang dikirim dari sorga

Mati lebih baik daripada hidup diperbudak

Sebab ini yang membuatmu lemah tak dapat terbang

Menjadi faqir adalah lebih baik

Dibanding menjadi Darius atau Iskandar Agung

Ketiadaan harta seorang faqir yang beriman

Akan melahirkan keberanian singa Tuhan

Kebenaran dan tak takut adalah hakekat keberanian

Singa-singa Tuhan takkan mau menempuh

Jalan yang dilalui seekor rubah







SANDOR PETOFI



(Penyair muda Hongaria awal abad ke-20 yang gugur di medan perang mempertahankan negerinya, namun tiada tugu peringatan baginya karena jasadnya tak ditemukan)





Untuk sesaat

Di taman dunia ini

Kau nyanyikan lagu pengantin mawar,

Dan karenanya

Hati yang satu bersorak gembira

Dan yang lain merasa sedih.

Dengan darah

Kau lukis kelopak tulip

Merah membara.

Dengan pandang pagi harimu yang sejuk

Kausingkap pelan-pelan hati tunas mawar.

Dalam sajak gubahanmu

Kau jumpai kuburmu yang lebih terhormat.

Kepada rahim bumi

Kau tak akan dan tak akan kembali

Sebab kau tidak dilahirkan oleh bumi.







KAPITALIS DAN BURUH



Duniaku adalah hiruk pikuk pabrik baja

Sedang duniamu adalah melodi indah organ gereja

Duniaku semak belukar timbunan pajak

Yang harus dibayar kepada penguasa

Duniamu Sorga dengan sidrah dan tubanya

Arak dengan kemabukannya adalah minumanku

Minumanmu berasal dari Adam dan Hawa

Angsa, kakak tua dan merpati adalah burungku

Huma dan simurgh adalah harta kerajaanmu

Bumi dan isi dalam perutnya adalah milikku

Membentang dari bumi ke langit adalah wilayahmu.







PARCAKAPAN COMTE DAN KAUM BURUH





August Comte:



Seluruh umat manusia adalah kesatuan yang saling berhubungan

Mereka itu seperti daun dan dahan

Darui sebuah pohon nan besar.

Jika otak manusia merupakan tempat duduk Akal

Dan jika kakinya terikat kepada tanah

Hal ini oleh karena keduanya dibelenggu

Oleh ketentuan Alam yang tak terelakkan.

Seseorang memerintah, manusia lain harus bekerja

Keduanya hanya mengikuti ketentuan itu.

Seorang Namrud atau Mahmud tak dapat

Mengerjakan pekerjaan budak seperti Ayaz.

Tidakkah kau lihat, disebabkan pekerjaan itulah

Kalian menjadi berbeda? Hidup

Menjelma taman, dengan mawar dan duri keduanya





Buruh:



Filosof. Kau memperdayaku ketika berkata

Bahw aku takkan pernah bisa

Melepas jalanku dari lingkaran tenung

Yang kaubikin. Kau langkahi

Loyang demi emas, dan mengejarku

Menyerah kepada nasib.

Dengan cangkulku kugali saluran air

Di sana kutangkap tawanan lautan

Dan kuambil susu dan madu dari kedai Alam.

Pembawa barang rahasia yang asing

Hadiah untuk si Kohkan malang ternyata kauberikan

Kepada Parvis si kaya raya dan penganggur,

Hingga sakitlah hati si malang.

Jangan pulas yang salah menjdi benar

Dengan filsafatmu.

Kau tak dapat mengelabui penglihatan Khaidir

Dengan tipuan khayali.

Kaum kapitalis yang tak punya kesibukan

Selain makan, tidur dan bersanggama

Adalah beban di muka bumi ini

Mereka gemuk dan bergizi disebabkan buruh

Dan budak-budak yang bekerja keras

Tidakkah kau tahu si penganggur itu

Tidak lain adalah perampok sejak dilahirkan?

Kejahatan pemodal ingin kau maafkan

Seluruh filsafatmu membuat kau sendiri kebingungan.







PERADABAN



-- Liga Bangsa-bangsa, sekarang Persatuan Bangsa-bangsa





Manusia, yang berseri-seri wajahnya

Dihiasi pupuk peradaban

Kini merpertunjukkan debu hitam ciptaan

Seraya membayangkan dirinya cermin cerlang



Kepalan tinjunya disembunyikan

Dalam sarung tangan sutra yang indah

Hasil kalamnya membuat ia penuh pesona

Pedang katanya telah ia simpan



Hamba tanah liat ini kini membangun

Rumah berhala perdalamaian dunia

Kemudian menari-nari berputar-putar

Mengikuti lagu serling perdamaian



Namun ketika perang tidak terelakkan

Segera ia campakkan cadar pura-puranya

Lantas tegaklah ia bangkit maju ke depan

Bak musuh yang begitu haus akan darah.





Abdul Hadi W. M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar