RUBA`IYAT
*
Lautan wujud ini dari Yang Gaib asalnya
Tiada yang sanggup menembus permata hakikat ini
Tiap orang membual menurut khayalnya sendiri
Namun tiada bisa mengurai wujud segala benda
*
Tubuh yang semayam di kubur malaikat ini
Membuat si pandai bingung dalam ketakpastian
Di tali ilmu pengetahuan, jangan hilang pedoman
Kekuasaan Yang Menjadi berputar tak henti-henti
*
Jika yang ada hanya saat istirah
Jika jalan panjang ini saja yang punya akhir
Dan dalam jejak ribuan tahun, di luar jantung debu
Kuharap musim semi datang lagi mengemas hijau
*
Inilah penginapan tua bernama ‘Dunia’
Inilah kandang istirah kuda belang siang malam
Inilah pesta peninggalan ratusan turunan Jamshid
Kubur yang pernah dipulas jadi kamar tidur Bahram
*
Istana tempat Bahram membawa cawan di tangan
Yang kijang ia jadikan balai-balai, serigala tempat berpijak
Bahram yang memburu binatang buas sepanjang hidupnya
Akhirnya tahu kuburlah kini yang memburu dirinya
*
Setiap zarrah debu di teratak bumi ini
Adalah pipi si matahari, alis si bintang pagi
Bersihkan debu dari lengan bajumu pelahan
Dulu ia pun sebuah wajah yang lembut dan tampan
*
O, Si Tua bijak, bangun segera pagi sudah tiba
Lihat bocah menepis debu, mendekatlah
Beritahu dia, “Nak, pelanlah, pelanlah
Menepis otak Kaikobad dan mata Parviz!”
*
Semalam kucampakkan kendi lempung pada batu
Aku mabuk ketika melakukan tindakan setolol itu
Kemudian kudengar kendi lempung mengutukku,
“Aku seperti kau, kau akan seperti aku pula!”
*
Kulihat pembikin tembikar di pabriknya
Lihat si pandai itu, kaki menginjak tanah liat
Tak malu dia membuat tutup dan pegangan kendi
Dari kepala seorang raja dan tangan seorang pengemis
*
Seorang yang saleh berkata kepada pelacur,
“Kau mabuk, tiap kali jatuh pada pelukan yang berlainan!”
Pelacur menjawab, “O Syeikh, aku adalah aku seperti kaubilang
Adakah kau seperti kau yang kaubayangkan?”
*
Angin Tahun Baru terasa nikmat di kelopak mawar
Di lapangan luas permai wajah hati yang berkobar
Apa saja yang kaucakapkan tentang hari silam buruk
Bahagialah, jangan cakapkan hari kemarin, hari ini baik
*
Sejenak dari hari hidupku yang aneh lewat
Bagai air turun ke sungai, angin menghembus gurun
Ada dua hari cuma tak pernah cemar oleh sesal
Hari kemarin yang pergi dan hari esok yang bakal tiba
*
Sebelum kita datang, malam dan siang sudah tiba
Langit yang berputar demikian hibuk dan hiruk pikuk
Di mana saja kau menjejakkan kaki di bumi ini
Adalah biji mata gadis-gadis yang kaucintai
*
Tiap kini dan kelak seorang datang, bilang “Inilah aku!”
Hadiah emas atau perak diberikan, sambil berkata, “Inilah aku!”
Ketika satu hari dalam hidupnya ia direcai sakit
Maut sekonyong jeratkan perangkap, “Inilah aku!”
*
O Mata, kau tak buta, jenguk liang kubur itu
Lihat dunia yang penuh kekacauan dan kesengsaraan
Raja, qadi dan pangeran semua terkubur di tanah
Lihat si wajah molek di rahang-rahang semut
*
Jika perkara langit berlaku sepadan
Seluruh keadaannya akan sepadan pula
Jika ada keadilan dalam perputaran roda dunia
Betapa mungkin pikiran orang pandai ditimpa duka
Disunting dari catatan Abdul Hadi W. M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar