6 April 2011

RUBA'IYAT UMAR KHAYAMI

RUBA`IYAT



*

Lautan wujud ini dari Yang Gaib asalnya

Tiada yang sanggup menembus permata hakikat ini

Tiap orang membual menurut khayalnya sendiri

Namun tiada bisa mengurai wujud segala benda



*

Tubuh yang semayam di kubur malaikat ini

Membuat si pandai bingung dalam ketakpastian

Di tali ilmu pengetahuan, jangan hilang pedoman

Kekuasaan Yang Menjadi berputar tak henti-henti



*

Jika yang ada hanya saat istirah

Jika jalan panjang ini saja yang punya akhir

Dan dalam jejak ribuan tahun, di luar jantung debu

Kuharap musim semi datang lagi mengemas hijau



*

Inilah penginapan tua bernama ‘Dunia’

Inilah kandang istirah kuda belang siang malam

Inilah pesta peninggalan ratusan turunan Jamshid

Kubur yang pernah dipulas jadi kamar tidur Bahram



*

Istana tempat Bahram membawa cawan di tangan

Yang kijang ia jadikan balai-balai, serigala tempat berpijak

Bahram yang memburu binatang buas sepanjang hidupnya

Akhirnya tahu kuburlah kini yang memburu dirinya





*

Setiap zarrah debu di teratak bumi ini

Adalah pipi si matahari, alis si bintang pagi

Bersihkan debu dari lengan bajumu pelahan

Dulu ia pun sebuah wajah yang lembut dan tampan



*

O, Si Tua bijak, bangun segera pagi sudah tiba

Lihat bocah menepis debu, mendekatlah

Beritahu dia, “Nak, pelanlah, pelanlah

Menepis otak Kaikobad dan mata Parviz!”



*

Semalam kucampakkan kendi lempung pada batu

Aku mabuk ketika melakukan tindakan setolol itu

Kemudian kudengar kendi lempung mengutukku,

“Aku seperti kau, kau akan seperti aku pula!”



*

Kulihat pembikin tembikar di pabriknya

Lihat si pandai itu, kaki menginjak tanah liat

Tak malu dia membuat tutup dan pegangan kendi

Dari kepala seorang raja dan tangan seorang pengemis



*

Seorang yang saleh berkata kepada pelacur,

“Kau mabuk, tiap kali jatuh pada pelukan yang berlainan!”

Pelacur menjawab, “O Syeikh, aku adalah aku seperti kaubilang

Adakah kau seperti kau yang kaubayangkan?”



*

Angin Tahun Baru terasa nikmat di kelopak mawar

Di lapangan luas permai wajah hati yang berkobar

Apa saja yang kaucakapkan tentang hari silam buruk

Bahagialah, jangan cakapkan hari kemarin, hari ini baik



*

Sejenak dari hari hidupku yang aneh lewat

Bagai air turun ke sungai, angin menghembus gurun

Ada dua hari cuma tak pernah cemar oleh sesal

Hari kemarin yang pergi dan hari esok yang bakal tiba





*

Sebelum kita datang, malam dan siang sudah tiba

Langit yang berputar demikian hibuk dan hiruk pikuk

Di mana saja kau menjejakkan kaki di bumi ini

Adalah biji mata gadis-gadis yang kaucintai



*

Tiap kini dan kelak seorang datang, bilang “Inilah aku!”

Hadiah emas atau perak diberikan, sambil berkata, “Inilah aku!”

Ketika satu hari dalam hidupnya ia direcai sakit

Maut sekonyong jeratkan perangkap, “Inilah aku!”



*

O Mata, kau tak buta, jenguk liang kubur itu

Lihat dunia yang penuh kekacauan dan kesengsaraan

Raja, qadi dan pangeran semua terkubur di tanah

Lihat si wajah molek di rahang-rahang semut



*

Jika perkara langit berlaku sepadan

Seluruh keadaannya akan sepadan pula

Jika ada keadilan dalam perputaran roda dunia

Betapa mungkin pikiran orang pandai ditimpa duka






Disunting dari catatan Abdul Hadi W. M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar