10 Agustus 2011

KIDUNG RUMEKSO ING WENGI

Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman

Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal

TERJEMAHAN dalam bahasa indonesia:

Ada kidung rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setan pun tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuri pun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.

Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.

Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.

Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakup pendenganranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi sulaiman menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi rupaku. Ali sebagai kulitku. Abubakar darahku dan Umar dagingku. Sedangkan Usman sebagai tulangku.

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti fatimah sebagai
kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada didalam ususku. Nabi Nuh
didalam jantungku. Nabi Yunus didalam otakku. Mataku ialah Nabi
Muhamad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa.
Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.

(ziarah rini garini darsodo) kepulangan ketiga

Pembahasan oleh: Hudan Hidayat

*Bunda, aku pulang……….

menapaki kembali jejak yang dulu kusinggahi

serumpun ilalang tebal meratapi sisa kenangan

tawa dan tangis terukir di sini,

dua batu nisan termenung dalam kesunyian

menikam ke ulu hatiku

Ayah, aku pulang………

Engkau tenang terdiam disiram do’a dan kembang

Seperti aku dulu terdiam saat kau sirami wejangan

Aku meresapi mutiara kehidupan

Engkau meresapi aroma keabadian..

By Riga

Bandung, 9 Agustus 2011

**Aku pulang, Bunda

menapak kembali jejak yang dulu kusinggahi

meratapi serumpun ilalang tebal sisa kenangan

di sini ada tawa dan air mata, di sana

dua batu termenung dalam nisan sunyi

menikam ke ulu hati

Aku pulang, o Ayah, aku pulang

Engkau tenang terdiam, disiram do’a dan kembang

Seperti aku dulu terdiam saat kau sirami wejangan

Aku meresapi mutiara kehidupan

Engkau meresapi aroma keabadian.

By Riga

Bandung, 9 Agustus 2011

***menarik membentukkan puisi rini dalam format prosa..

****tak ada lambaian kematian di usia belia – begitukah? bahwa tarikan mati melampaui hari hari dari hidup kita ini. puluhan tahun silam keponakan lelaki saya, tak hendak berkata atau, kalau berkata, adalah laku khas anak yang bergerak ke remaja masa kini: mereka (seakan) lebih penuh perhatian kepada teman temannya ketimbang, kepada keluarganya sendiri. ada apa? boleh kita menghitung masa remaja kita sendiri: ada gerak jiwa apa, di sturuktur yang seolah pengap dalam badan. apakah yang hendak diledakkan dari sana? apakah bentuk yang paling cocok untuk bom jiwa itu? motor cb 100? naik lagi ke usia dewasa adalah laku laku lost generation?

bisa apa saja. guru boleh tak datang mengajari kita cara membentuk puisi. tapi alur nasib yang menarik kita ke arah dunia syair, tak kuasa menahan apa yang hendak ditahan orang. tapi apa saja yang telah ditahannya, tak suatu kuasa pula yang mampu merenggutkannya dari kita. inilah daerah paling musykil itu. daerah absurd karena kuasa demikian melimpah ruah di sana. tak tertahankan lagi, pun tak kuasa tembok berlin mencegah badai kuasa seperti itu, kalau memang tembok itu, pada akhirnya akan runtuh dan orang orang di sana, pada akhirnya saling memainkan kedipan mata kiri dan mata kanan. tapi kita lagi bicara kematian bukan rekonsiliasi politik dua negara satu bangsa.

saya melihat puisi itu di masa usia remaja keponakan saya itu. saya yakin itulah puisi, gaib dari kujur tubuhnya. gaib dari sebentuk senyumnya yang, aduh, kurasakan seakan hendak tenggelam. ada apa? mengapa sorot matamu begitu tak biasanya, wahai lelaki yang tak pernah bahagia dalam hidupmu ini – ayahnya ke mana?

gelombang puisi datang dari lautan ombak, menggulung gulung anak anak dan mencemplungkan tubuh ringkih manusia masuk dalam palung. begitulah puisi gaib kalau sudah bekerja: pertandanya bisa apa saja – gelombang itu, palung itu, dan jam yang telah sampai tanpa suatu kuasa lagi mampu menahan laju detiknya. menggulung pula seisi jiwa jiwa dari rumah panggung. dia lelaki yang tak pernah meneteskan air mata, seumur hidup baru kali itu seakan hendak terjungkal dari tempatnya berdiri. titiklah air mata puisi itu. hanya setitik saja. setitik dari riwayat manusia yang punya rahang hati sekeras batu. masih kudengar ujar ujaran yang sampai kepadaku dulu itu.

anakku

pergilah jauh

jangan kembali

walau harus makan batu

hanya itu cara menegakkan leher keluarga ini

mengapa relasi relasional keluarga kerap membuat kita hampa? karena di sekujur manusia ada puisi? karena masing masing hati bergerak seolah puisi yang tak teraba dalam jiwa pun dari jiwa di badan kita sendiri? kita tak pernah tahu. relasi kerap menjadi cinta yang melambai dari jauh. seolah kita telah didatangi cinta kematian yang melambai dari balik kubur kita sendiri. seakan tanah tanah di seputar lubang itu bangkit, berjalan menjemput tiap langkah kita.

inilah aku

injaklah masuk

ke kuburmu sendiri

siapa yang berkata? kata chairil. kawanku hanya rangka.

di karet, o, di karet

daerahku yang akan datang

sampai juga deru angin

rini tak membawa nama pada dunia makam di sana.

apa yang dibawa oleh rini? puisi bisa dibaca melampaui waktu penyairnya saat menulis puisi. apa yang ada di saat yang kita rambati dengan tenaga aneh imajinasi itu?

ada rini di sana, dengan sebuah puisinya pula: tubuhnya sendiri, yang kini membalik dari gerak puisinya: bukan kedua ayah ibu yang kini kita tatapi, tapi justru para penziarah yang ramai ramai berdiri terjuntai juntai di tepi makam kita.

kepada siapa kita berkata saat itu? bunda, aku pulang; ayah, oh ayah untuk siapakah suaraku ini lagi sebenarnya? – ayah di mana? tergeletak jauh dari anak anaknya di sebuah daerah entah di luar negeri sana. ibu di mana? kita berdua termenung menung melihat tubuh ibu yang pelan pelan, diturunkan, yang pelan pelan, tangan kita juga menggesernya ke arah tepi, sebuah liang lahat yang tak terlihat dari atas itu.

maka bergeraklah dua metapor rini kini, bukan ke bunda dan ayahnya lagi, dalam keadaan demikian itu, tapi ke ucapan: tuhan lihat kami datang, tuhan. kami datang seperti janjimu dengan kami kami ini. mati oleh peluru, mati oleh gigi dicungkil peniti lalu titanus, tak lagi penting, saat diri di liang lahat itu, menghadap wajah tuhan yang, oh, tuhan, kami telah kehabisan kata untuk menyebutkan nama dirimu itu. kukenang kata kata kawanku penyair rini: engkau terdiam disiram doa dan kembang, itulah wajah kami kini tuhan. dan kau bagaimana saat kami telah terbaring secara demikian? cambuk apimu dari malaikat malaikatmu, oh tuhan, dapatkah diganti oleh puisi kawanku itu saja: Engkau tenang terdiam disiram do’a dan kembang. marilah tuhan kami, hanya beda tipis, di antara dua kata: tenang terdiam, dan terdiam tanpa tenangnya lagi.

9 Agustus 2011

*) Sebagai tanda terimakasihku kepada Bang Hudan Hidayat, maka catatannya kutag kepada para sahabat yang lain ..

*) in memoriam 10 Agustus adalah hari kelahiran ayahku D. Darsodo

*) turut berduka cita atas meninggalnya ibu dari sahabat Prasojo Chusnato Sukiman

9 Agustus 2011

PENGGELAPAN SEJARAH SYEH SITI JENAR

Irhamni Azmatkhan Oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.
Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.
Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.
Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani.
Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:
1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya
2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,
3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara
4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.
Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.
Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.
Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:

1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.

5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama.” Tidak bisa diterima akal sehat.

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1. Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2. Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3. Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]
Wahai kaum muslimin...melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati....jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

3 Agustus 2011

Teguh Esha, Sastrawan Ali Topan Masih Ada

ALI TOPAN: Dendy, vokalis band Mike’s Apartment, dan Kikan, mantan vokalis band

Ali Topan adalah sebuah karya sastra, novel, film, lagu dan drama musikal yang baru saja dipentaskan di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Siapa orang yang ada di belakang Ali Topan? Siapa orang yang mendisain Ali Topan sehingga jadi melegenda sampai hari ini? Ia adalah Teguh Esha, seorang penulis senior, mantan Ketua Presidium Ikatan Mahasiswa Djakarta (Imada), mantan Wakil Sekjen Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Mahasiswa Lokal di Indonesia (Somal). Ia juga pendiri dan Wapemred Majalah ’Sonata’, Pendiri dan Pemred Majalah ‘Le Laki’.


Teguh Esha mengatakan, Ali Topan merupakan pengejawantahan anak muda Indonesia yang ideal. Ali Topan prinsipnya nilai bukan harga, value not price. Ia tidak bisa lihat penindasan. Ia sensitif pada rasa keadilan. Kalau ada orang diperlakukan tidak adil, pasti ia berontak. Mungkin rasa keadilan ini yang ada di setiap batin anak-anak muda. Relevan dengan anak muda Indonesia masa kini karena persoalannya masih sama, dari dulu sampai sekarang. Ketidakadilan, penindasan, pemerintah yang sewenang-wenang, sekolah yang brengsek. Menurut Teguh, anak muda Indonesia harus melawan ketidakadilan dan ketidakbenaran dengan nilai keadilan dan kebenaran, seperti Ali Topan. Ali Topan bukan superman. Dia orang biasa, dia punya kesalahan, tapi ia berani menyatakan sesuatu. Berikut wawancara Didiet Budi Adiputro dengan Teguh Esha.


Pak Teguh Esha, pencipta tokoh dan penulis novel Ali Topan Anak Jalanan. Apa aktivitas Anda sekarang?
Saya masih menulis walau sempat berhenti. Saya dulu pernah menulis naskah Ali Topan yaitu Rock and Road dan Santri Jalanan yang sempat hilang. Baru ketemu lagi tulisan tangan saya, lalu saya lanjutkan. Saya menulis 2 skenario. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pembaca. Saya banyak menulis novel dan masyarakat mengapresiasi lebih pada cerita Ali Topan tersebut.


Banyak orang yang sering mendengar Ali Topan, melihat sinetronnya, membaca novelnya namun mereka tidak tahu apa sebenarnya yang melatarbelakangi Anda membuat sosok Ali Topan. Bisa Anda ceritakan?
Pertama, setiap karya adalah ekspresi dari si penciptanya. Saya berusia 63 tahun sekarang. Lulus tahun 1966, kemudian saya kuliah di Tehnik Sipil Universitas Trisakti, saya drop out. Dalam keadaan yang begitu, saya terjun ke dunia jurnalistik menjadi wartawan. Saya mulai menulis. Dari situ saya tahu ada persoalan di sistem pendidikan kita, bahwa sistemnya tidak memantau bakat siswa.


Ali Topan lahir tahun 1972 bulan Februari sebagai cerita bersambung di majalah STOP. Waktu itu redaktur Dedi Arman adalah kawan saya. Lalu saya kuliah di Publisistik Universitas Moestopo. Mulai saya menemukan suatu dunia, yaitu sebagai wartawan dan sebagai sastrawan. Ada senior saya yaitu Asbari Nurpatria Krisna mengatakan, “Teguh, kamu punya 2 kemampuan yaitu wartawan dan sastrawan. Saya dan Motinggo Busye mengamati kamu, gaya kamu lain. Kalau di sajak ada Chairil Anwar, kalau di prosa ada kamu. Kalau boleh saya sarankan kamu jadi wartawan dulu sampai top. Di situ kamu akan berkenalan dari mulai wanita nakal sampai presiden. Kamu akan kenal karakter.” Saya ikuti nasihat dia.


Maka saya telat menjadi sastrawannya. Setelah saya membuat majalah yaitu Sonata dan Le laki lalu saya kembali lagi ke sastra. Ternyata saran Asbari Nurpatria Krisna benar. Saya akan kenal banyak orang, semua, dan itu akan memperkaya. Karena cerita novel itu kan cerita kehidupan. Ada fakta kehidupan yang saya fiksikan. Maka novel saya adalah novel jurnalistik. Berita yang saya ceritakan.


Kembali ke cerita Ali Topan, itu setting Orde Baru yaitu tahun 1972. Ceritanya adalah dia anak orang kaya, bapaknya seorang yang korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Ibunya seorang wanita nakal, dan ada pengasuhnya mbok Yem. Ali Topan melihat realitas di jalanan, rakyat digusur, ditindas, lalu dia berontak. Dia menjadi pemberontak dengan alasan. Dia tinggalkan kekayaan yang tidak benar itu. Pada saat itu orang dengan segala cara ingin merampok uang rakyat dengan cara KKN. Sama dengan kondisi sekarang. Maka ia menjadi idola, menjadi legenda. Saya juga tidak tahu mengapa itu.


Awalnya bagaimana cerita Ali Topan itu terbit?
Itu berawal dari cerita bersambung di majalah STOP, sketsa jalanan, potret jalanan. Mengapa jalanan? Sewaktu saya menganggur, saya ”gentayangan” di jalanan. Sebetulnya itu ekspresi dari perjalanan saya sewaktu muda. Saya memang marjinal. Ali Topan adalah orang kaya, kelas menengah. Dia tidak bisa lihat penindasan. Ia sensitif pada rasa keadilan. Kalau ada orang diperlakukan tidak adil, pasti ia berontak. Mungkin rasa keadilan ini yang ada di setiap batin anak-anak muda.


Makanya ketika itu ceritanya meledak ya?
Pasti ada sesuatu, kan? Dalam 6 bulan, novelnya 4 kali terbit. Penerbitnya adalah Sipress “meledak” itu. Saya mendapat rumah di Mutiara, sebelum menikah itu. Lalu saya punya mobil Mercedes bekas. Ini penerbitnya fair. Kemudian difilmkan 2 kali. Ali Topan Anak Jalanan dengan sutradara Ishak Iskandar, dan Ali Topan Turun ke Jalan. Itu di layar lebar.
Lalu saya melihat Frankie and Jane menyanyi dengan bagus, lalu saya tawarkan lagu-lagu saya yaitu Balada Ali Topan. Itu pun meledak juga. Lalu ada bentuk puisi, drama musikal dan dalam waktu dekat ini akan saya siapkan 2 novel lagi.


Masyarakat menyambut itu?
Ya. Kalau dalam dunia marketing ada quality control, ide Ali Topan yang awal ketika Anda cetuskan, kemudian diadopsi oleh banyak orang.
Ini menyedihkan. Pemerintah dan para pengusaha, mereka tidak mengerti. Anda ingin memfilmkan Ali Topan, tentu ada sesuatu yang menguntungkan secara bisnis. Kalau orang bisnis pasti menghitung bisnis. Dan secara nilai, itu membuat kita ada prestige.


Seperti Francis Ford Coppola pada waktu membuat film “Godfather”, ia minta didampingi oleh penulisnya. Dia bilang, “Itu di otak dia pasti sudah ada film.” Saya dan kebanyakan para penulis tidak dioptimalkan. Padahal saya sudah menawarkan. Bukan soal duit supaya pas dengan jalan ceritanya. Maka dua film, satu sinetron, dan lain-lain yang saya tidak disertakan, sutradara hanya dapat 50 persen. Si penulis pasti tahu tentang karakter si tokoh, jalan ceritanya. Mau dibentuk apa produk turunannya, pasti ada satu queen essency dari si tokoh cerita ini, hanya penciptanya yang tahu.


Kalau boleh tahu, apa yang kurang?
Ali Topan sebagai barang dagangan pasti laris. Namun ada misi di cerita ini. Kenapa? Novel saya banyak, memang ceritanya tentang pemberontakan semua. Tapi Ali Topan ini anugerah dari Tuhan. Ini yang kecewa adalah para penggemar. Suratnya banyak sekali. Karena mereka punya satu novel yang original, “Harusnya mereka berpatokan ke sini dong [ke novel tersebut].” Maka produk turunannya, orang kenal Ali Topan lewat novel. Saya bukan orang yang memaksakan. Kalau mereka tidak mau pakai pikiran saya, hanya karya saya, saya ijinkan tidak apa-apa. Saya ingin membuat sesuatu.


Ke depannya apa?
Kalau perlu saya sutradarai langsung. Maira Panigoro pernah bilang, ”Pak, mari kita bikin film.” Saya bilang ”Oke”. Ini bukan persoalan duit. Ini persoalan nilai, Ali Topan menurut saya strategis, apalagi sekarang.


Nilai-nilai apa yang bisa ditangkap?
Ini ada satu mantan Dirut Pertamina Martiono Hadianto, kawan diskusi saya, ia bilang, “Terbitkan lagi novel Ali Topan, saya akan sponsori. Karena menurut saya masih relevan”. Saya berpikir, Direktur Utama Pertamina punya pikiran ke Ali Topan, begitu pula anak dari konglomerat Arifin Panigoro yaitu Maira Panigoro berpikir itu juga.


Kalau Anda jalan-jalan ke Blok M, pengamen masih sering menyanyikan lagu Ali Topan. Saya berfikir strategis, dalam persoalan moral, persoalan masa depan dari anak muda, Ali Topan menurut saya pengejawantahan anak muda Indonesia yang ideal.


Relevansi Ali Topan yang ditulis di tahun 70-an dengan kondisi anak muda Indonesia perkotaan di tahun 2011, menurut Anda apa?
Relevansinya karena persoalannya sama, dari dulu sampai sekarang. Ketidakadilan, penindasan, pemerintah yang sewenang-wenang, sekolah yang brengsek. Ali Topan prinsipnya nilai bukan harga, value not price. Dia berontak. Sekarang persoalan di anak muda Indonesia sama, sebagian besar di kota-kota, materialistis, hedon. Maka muncul Ali Topan.


Ada penggemar di seluruh Indonesia menghubungi saya, saya bilang, ”Kalau kamu ingin jadi Ali Topan, kamu harus mengubah sesuatu yang jelek menjadi bagus”. Itu value-nya. Kalau hanya bicara saja tidak ada perbuatannya, bukan Ali Topan. Jadi ada spirit, pembangunan. Anak muda harus merebut kembali kebebasan itu, bukan untuk yang liar. Kita kan merdeka dari belenggu, pembungkaman kreatifitas, itu terjadi, yang sekarang diwakili oleh korporasi- korporasi global. Jadi kita harus munculkan. Maka anak muda dengan Ali Topan harus menyumbang. Pertama di lingkungan terkecil yaitu keluarga, Rukun Tetangga, Rukun Warga, tidak usah seluruh Indonesia, terlalu luas.
Orang lain bicara Indonesia, kalau saya, keluarga, RT/RW dahulu. Karena tidak terlatih begitu, semua presiden, kecuali Soekarno jadi gagal. Dia tidak tahu, tiba-tiba menjadi presiden. Jadi presiden Indonesia ini sama, artinya semua presiden di dunia, di lingkungan Uni Eropa disatukan, itu kualitas presiden Indonesia seharusnya di atas mereka. Dengan beragam persoalan di Indonesia. Anak muda, berontaklah nilai-nilai orangtua yang tidak beres itu.


Kalau sekarang ada atau tidak sosok itu?
Saya bisa melihat kamu salah satunya. Dari pertanyaan-pertanyaan kamu kelihatan cerdas. Jadi kebanyakan orang basa-basi munafik. Kalau saya bilang kamu punya kualifikasi yang cocok untuk memimpin masa depan. Kebanyakan orang tidak, selalu munafik.


Kalau tokoh nasional yang beredar sekarang, pengamat sosial, aktifis LSM?
Saya lihat Yudi Latief bagus, yang lainnya mulai muncul. Bangsa ini kebanyakan ributnya. Ini bangsa wacana, harusnya action. Problemnya sih sederhana, kita semua punya, kekayaan, dan lain-lain, tapi sok sakti semua. Kita tidak bersatu. Keruntuhan kita, keruntuhan pemikiran. Jadi harus ada dan dibangun lagi satu thesis besar Indonesia. Kita harus bangkit lewat satu pemikiran-pemikiran. Maka kampus dengan para intelektual di depan. Strategis. Dan juga seniman, seniman itu pastilah dia pemikir.


Selama ini memang nilai kampus itu luntur ya?
Ya, luntur karena sebetulnya ini the death of university. Sistem dan konten pendidikan sudah perlu dibuang. Ini banyak teori ekonomi, ekonomi hancur dunia. Banyak pakar politik dengan buku-buku politik, hancur tuh politik di dunia. Buat saya kita koreksi lagi konten dari pendidikan.
Itu secara sistem ya, secara pendidikan keanakmudaan itu bukan hanya sistem pendidikan formal. Saya tahu Anda sebagai aktifis mahasiswa pernah ikut organisasi.
Ya betul, saya pernah menjabat ketua Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA) dan Ali Topan lahir saat saya aktif di sana.


Seberapa penting organisasi informal seperti itu untuk turut menyeimbangkan?
Penting, pertama kita berinteraksi sosial, organisasi mahasiswa apapun. Kita dilatih berorganisasi, kepemimpinan, punya idealisme, tapi tetap, kualitas orang itu menentukan. Bukan hanya jabatan. Kita memerlukan standar moral dan kecerdasan. Dan kecerdasan itu sudah tidak ada.


Apakah kurikulum kita tidak bisa mencetak moral dan kecerdasan?
Buktinya yang korupsi di gedung DPR itu lulusan S1, S2 dan S3. Ada moral, pendidikan. Kalau intelektual pasti untuk memberi arah, membangun pemikiran bangsanya ke depan. Ini tidak, hancur semua. Moralnya sudah rusak.


Sebagai senior, apa pesan Anda untuk anak muda Indonesia supaya anak muda ini bisa mengubah nasib Indonesia ke depannya, paling tidak nasib mereka sendiri.


Pertama yang dilupakan, kita punya Pancasila. Sila pertama ”KeTuhanan Yang Maha Esa”. Jadi pertama itu orang harus beriman, ada satu kekuatan. Dia harus percaya. Perjalanan Ali Topan ke sana. Dan semua nilai baik itu harus diimplementasikan. Kemudian, tidak ada orang yang sakti. Ali Topan bukan superman. Dia orang biasa, dia punya kesalahan, tapi ia berani menyatakan sesuatu. Misalnya dia salah, dia terima dan dia koreksi.

Fair saja. Ini kata tidak ada dalam bahasa Indonesia. Jadi bangsa ini tidak fair sebetulnya. Kepada Ali Topan di seluruh nusantara, “Jadilah kamu diri sendiri, maka akan diberi bakat oleh Tuhan. Apapun. Kebangkitan bangsa ini adalah kebangkitan setiap anak muda di semua pelosok tanah air. Kita harus melawan ketidakadilan dan ketidakbenaran dengan nilai keadilan dan kebenaran. Tidak bisa kita melawan koruptor dengan kita berjiwa maling. Sederhana. Menyambung kata dengan perbuatan. Anak muda dari Papua sampai Aceh, kalian bergerak, janganlah percaya pada politik yang tidak beres.” (***)

[ Red/Redaksi_ILS ]