15 Juli 2011

Musa dan penggembala


Musa melihat seorang penggembala di jalan,
Katanya: "Duhai yang memilih orang
yang Dikau kehendaki:
Di mana Dikau, supaya aku jadi hamba-Mu,
Supaya aku memperbaiki baju jubah-Mu
dan menyisir rambut-Mu,
Supaya aku cuci pakaian-Mu, dan membunuh kutu-Mu,
Membawakan untuk-Mu susu, Duhai yang Mahatinggi!

Mencium tangan indah-Mu, memijit kaki-Mu,
Supaya aku bersihkan ruang kecil-Mu
pada saat akan tidur!
Kukurbankan semua kambingku untuk-Mu
Yang kurindukan dan memenuhi pikiranku,
dengan penuh cinta!,, (M Il l70ff .)

Karena bingung, Musa bertanya kepada si penggembala mengenai siapa yang disapanya. Dan ketika laki-laki miskin itu menjawab bahwa yang diajak bicara itu Tuhan, Musa menyuruhnya menyumpal mulutnya dengan kapas lalu pergi.

Namun kemudian Tuhan menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya yang keras itu bahwa Dia mengutusnya bukan untuk memecah-belah orang, tetapi untuk
mempersatukan mereka.
Nabi harus menghormati cara beribadah setiap orang, sebab Dia, Tuhan, mengerti (perkataan) anak yang gagap sebagaimana seorang ibu memahaminya. Dan sesungguhnya kata-kata sederhana ini yang keluar dari hati lebih disukai dibanding
formula-formula rumit yang digunakan nabi atau ulama. Akhirnya, semua orang berhak menyapa Tuhannya dengan bahasanya sendiri, sebab

Orang Sindhis suka ungkapan Sind,
Orang Hindi suka ungkapan Hind,

(Maulana Jalaluddin Rumi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar