(Fakhrudin `Iraqi adalah penyair Persia akhir abad ke-13 M yang tinggal di India. Ia lahir pada tahun 1211 dan wafat 1289 M. Pemikiran tasawufnya termasuk ke dalam madzab Wujudiyah Ibn `Arabi. Pengaruh Iraqi tidak terbatas hanya dalam kesusastraan sufi di India, tetapi juga di Nusantara.
Sajak-sajaknya banyak dijadikan sumber rujukan oleh Hamzah Fansuri).
HATI YANG RINDU
Hatiku yang rindu telah hampir kepada-Mu
Tulang belulangku jauh di dalam penjara:
Mengapa Kau sembunyikan wajah-Mu dariku?
Namun cinta tak kenal rintangan
Kau lintah, aku sakitnya
Kau sedih, aku senang:
Kilau kencana-Mu, bagaikan anak panah
Nukik nusuk kalbuku
Walau anggur tak pernah nyentuh bibirku
Oleh rindu aku pun mabuk;
Di laut pedih-pedihmu
Kapal hidup dan harapku karam
O Kau yang senantiasa
Menyinarkan matahari baru di langit
Dalam gurun cinta-Mu
Aku tinggal dan mengembara
TAK DAPAT KULIHAT
Terlindung oleh cintamu jiwa dalam diriku karam, tak dapat kulihat!
Maksud cintaku yang kaurahasiakan tak dapat kulihat, tak dapat!
Ketenangan dan kesabaran tak kujumpai dalam pikiran, tak kujumpai!
Pun keluhuran dan persahabatan yang leluasa, tak dapat kulihat!
Tunjukkan dalam wajahmu tanda kemurahan, karena duka telah kumatikan.
Selain di wajahmu tak kulihat ampunan, tak kulihat!
Jika kau tak melihatku, langkahkan kakimu, karena aku telah tercerai dari kehadiranmu lembut
Kehidupan kekal di bumi tak kulihat, tak kulihat!
Ya Ikhwan, ulurkan tanganmu, tolongkah aku, karena aku telah tercebur dalam ombak
Yang mana puncak, jika puncak ada, namun tak kulihat!
Penuh ampunan dan lembut udara pergilah ke sana dan tempatku pun dibenahi pula
Sebuah tempat yang layak sejak terpisah darimu, tak kulihat, tak kulihat!
Jalan sufi mengajarkan pada Iraqi, di mana pun pintu-Mu terbuka
Namun karena jalan tertutup tak kulihat, tak kulihat!
TANGAN TUHAN
Bukan ini atau itu yang membuatku takut
Dalam semua tangan kusaksikan Tuhan
Hatiku remuk sudah, otakku buta terbalut
Tak kupunya lagi tenaga iman dan pikiran
Kungkungan kuat yang kudengar dari-Mu
Lebih manis bagiku dibanding hidup
Ialah yang kupilih hanya
Pernahkah kutolak cinta-Mu padaku?
Ampuni aku, kumohon
Jika ingin-Mu membunuhku
Jangan biarkan tangan-Mu yang menyilau perak
Yang pernah menggenggamku erat-erat, mengoyakku
Tiada berhala lain yang kupuja
Selain cinta, hiburan dan kebiasaan lamaku
Karena aku mati oleh derita-Mu
Jangan sesali aku yang tak berdaya ini
SEGALANYA ADALAH DIA
Dialah satu-satunya yang sempurna dan agung
Kekal selamanya, tak terbayangkan Kesatuannya
Karyanya yang mentakjubkan tak terurai oleh akal
Dia bukan jiwa dari segala jiwa
Sebab Dia bebas dari ruang dan tak terjangkau
Oleh akal yang cerdik atau pun indera
Di hadapan hakekat-Nya yang murni
Nafi dan isbat sia-sia belaka
Benda apa pun yang dilahirkan rasa untuk pikiran
Atau terjelma dalam angan, semua
Memiliki hidup dalam Dia, ya, segala
Berpusat kepada Dia, segala adalah Dia
Betapa pun apa yang tampak ini berbeda
Tak lain dari Dia, hanya saja mata
Tak melihatnya. Kata-kata-Nya adalah pertama
Dan penghabisan: Sebab Dia mencipta
Dia ada di dalam dan di luar Diri-Nya
Rumah tubuh terang sebab pintu roh terbuka
Oleh cahaya Ilahi. Dia adalah cahaya
Langit dan bumi, sinar-Nya yang kekal
Adalah Roh Suci. Siapa yang memiliki jiwa terang
Halaman rumahnya akan terang bendera pula:
Di dalam kaca pelita relung malam
Cahaya pagi hari Dia nyalakan, dan waktu jiwa
Duduk dalam cahaya, hati yang tenteram
Segera melompat ke dalam api yang berkobar-kobar
Demikian Sahabat, kami membuat perumpamaan
Antara nyala dan apinya, dan sejak itu
Beban kami lenyaplah
Ketika Kekasih menunjukkan wajah-Nya
Penglihatanku naik jadi penglihatan batin
Mata manusia tak dapat mengungguli kilauan
Yang memancar dari cahaya Tuhan:
Jika kau hanya memandang penglihatan kasarmu
Matamu tak melihat, terlindung dari cahaya TUhan
Jika kau ingin menghamba kepada-Nya
Dan mendapatkan kurnia-Nya
Dialah matamu, telingamu, lidahmu, otakmu
Dan karena melalui Dia kaubicara, dan melalui Dia
Kau mendengar, di hadapan wujud-Nya kau pun tiada.
DUNIA CINTA
Mana ada hati yang tak menyemburkan luka bila tertusuk cinta
Mereka yang tak pernah merasakan sakit cinta
Adalah lumpur yang tak berjiwa
Palingkan dirimu dari dunia, belokkan kaki kelanamu dari sana
Songsong kerajaan cinta dan rasakan lezatnya
CAWAN ANGGUR
Cawankah itu yang cerlang karena berisi anggur
Atau matahari terang yang menembus awan?
Teramat jernih anggurnya, teramat bening cawannya
Keduanya satu jua kelihatannya
Semua adalah cawan, anggur tidak ada
Atau cawan tak ada, seluruhnya anggur semata:
Sebab udara telah terjerat oleh sinar matahari.
Cahaya yang bercampur kegelapan malam menjemukan
Maka malam menjadikan siang sebagai senjatanya
Lantas dipesanlah olehnya aneka perhiasan dunia
Jika kau tak tahu mana siang mana malam
Atau mana cawan mana anggur
Dengan anggur dan cawan
Tuhan mencipta Telaga Hidup dan tanda rahasia-Nya:
Seperti malam dan siang mungkin kaukira
Antara pengetahuan yang satu dengan yang lainnya
Dan rasa jemu adalah kesangsian yang membingungkan
Jika perbandingan ini belum jelas padamu
Begitulah semua perkara yang tinggi dan rendah
Carilah cawan sebagai cerminan dunia
Supaya kausaksikan dengan mata akalmu
Bahkan segala tak lain kecuali Dia
Jiwa, kekasih, hati dan kesaksiannya
Bertumpu pada Dia semata.
“Walau Bentuk,” katanya, “mengumumkan aku ini anak Adam
Namun kedudukanku sebenarnya jauh lebih luhur lagi
Jika dalam cermin Keindahan kupandang
Alam semesta adalah bayang-bayangku yang terselubung
Pada Matahari Langit, lihat betapa aku ini nyata
Tiap renik alit dapat menyaksikan aku
Hakekatku yang terdalam dibuktikan oleh roh suci
Dan dalam rupaku semua bentuk insan datang mengalir
Laut hanya setitik dari isi Lautku
Cahaya tak lain seberkas Kemilauku yang tersebar luas
Dari Arasy ke Babut, semua yang terlihat itu
Tiada kecuali Sebutir Debu yang mengendarai sinar matahari
Bila Tirai sifat-sifat wujud telah tersingkap
Keajaibanku memancar atas Dunia yang bersinar-sinar
HATI NANAR
Lagi hati nanarku mengambil anggur cinta
Dan bersandar di dada cinta:
Lagi jiwaku menyerahkan diri padanya
Tenteram dalam buaian cinta
Ke dalam otak yang gundah anggur dituang
Buih mendidih berkat puji-pujian:
Beri aku anggur, sebab sekali lagi
Akan kutunjukkan kepala murungnya
Dalam pesona wajah-Mu molek
Sampailah jiwaku, masuklah kalbuku
Dalam hatiku, cinta yang lain tak punya
Tempat lagi, riang sudah datang
Burung cinta melayang ke dalam hatiku
Menyampaikan pesan Pencintaku
Dengan senang aku pun mati untuk-Nya
Dan hidup kekal bersama-Nya
(Terjemahan Abdul Hadi W. M.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar