Seekor burung lain berkata pada Hudhud, "Katakan pada kami, o kau yang ingin memimpin kami ke tempat Seri Baginda yang tak dikenal, apakah yang paling dihargai di istana itu? Bila menghadap kepada para raja perlu kiranya membawa persembahan-persembahan berharga; hanya mereka yang hina menghadap raja dengan tangan kosong."
Hudhud menjawab, "Kalau kau menuruti nasihatku, hendaknya kau bawa ke negeri Simurgh apa yang tak terdapat di sana. Adakah tepat kita membawa apa yang telah ada di sana? Pengetahuan sejati terdapat di sana, rahasia-rahasia terdapat di sana, kepatuhan terhadap yang lebih tinggi terdapat di sana. Maka bawalah nyala cinta dan kerinduan jiwa; tiada lain yang dapat diberikan kecuali ini. Jika sehelaan nafas cinta saja tertuju ke tempat itu, maka ia akan menghantarkan wangian hati. Tempat itu ditahbiskan bagi sari wangi jiwa. Siapa saja yang menarik sehelaan keluh pertaubatan yang tulus, seketika itu juga ia akan memiliki keselamatan."
Yusuf dan Zulaiha
Di masa ketika Zulaikha menikmati pangkat dan martabatnya yang tinggi, ia menyuruh masukkan Yusuf ke dalam penjara, dan mengatakan pada salah seorang hambanya agar menderanya dengan tongkat lima puluh kali. "Pukul dia keras-keras," katanya, "sehingga aku dapat mendengar teriakan-teriakan kesakitannya." Tetapi hamba yang baik hati itu tak mau melukai Yusuf; maka diambilnya kulit binatang dan katanya, "Bila kupukul kulit itu, berteriaklah pada setiap kali deraan." Ketika Zulaikha mendengar teriakan Yusuf, ia pun pergi ke bilik penjara dan berkata, "Kau kelewat lunak terhadapnya, pukullah lebih keras lagi." Kemudian hamba itu berkata pada Yusuf, "O cemerlang surya! Kalau Zulaikha meneliti dirimu dan tak melihat sesuatu bekas pun, ia kan menghukumku dengan kejam. Maka telanjangkan pundakmu dan kuatkan hatimu serta tahankan pukulan-pukulanku. Bila kau berteriak karena pukulan-pukulan itu, maka ia tak akan begitu memperhatikan bekas-bekasnya." Yusuf pun menelanjangkan kedua belah bahunya, tongkat menimpa, dan teriakan-teriakan Yusuf melangit. Ketika Zulaikha mendengarnya, ia pun pergi mendekati dan katanya, "Teriakan-teriakan ini telah menimbulkan akibat yang diharapkan. Sebelum ini erang kesakitannya tak berarti; kini semua itu sungguh nyata."
Syaikh Bin Ali Tusi
Bin Ali Tusi, salah seorang arif yang besar di zamannya, berjalan di lembah kewaspadaan dan kesiagaan. Tak pernah kukenal seorang yang memiliki keagungan dan mencapai kesempurnaan seperti itu. Suatu kali ia berkata, "Di dunia lain itu, orang-orang terkutuk yang malang akan melihat dengan jelas para penghuni sorga yang dapat menuturkan pada mereka tentang kegembiraan di tempat itu dan rasa persatumesraan. Orang-orang yang berbahagia itu akan berkata, "Kegembiraan yang rendah tak ada di sini, karena matahari keindahan ilahiat telah muncul pada kami, dan sedemikian terangnya sehingga kedelapan sorga pun tampak gelap karenanya. Dalam kegemilangan keindahan ini, tiada lagi yang tinggal dari keabadian itu, baik nama maupun bekasnya!" Kemudian mereka yang ada di neraka akan berkata, "Kami rasa apa yang kalian katakan itu benar, tetapi bagi kami di tempat yang mengerikan ini sudah jelas bahwa kami telah mendapat murka Tuhan, karena itu, kami telah dijauhkan dari wajah-Nya. Kami diingatkan akan api neraka oleh api sesal dalam hati kami."
Berusahalah menahan duka, derita, dan luka, dan dengan itu tunjukkan semangatmu. Bila kau luka, terimalah itu, dan jangan perturutkan sikap mengasihani diri sendiri.
Permohonan pada Muhammad
Seorang lelaki dengan rendah hati mohon perkenan untuk bersembahyang di atas permadani Nabi, yang menolaknya dan mengatakan, "Tanah dan pasir panas terbakar. Bersujudlah di atas pasir yang panas terbakar dan di atas tanah jalanan itu, sebab mereka yang luka karena cinta harus punya bekas di wajahnya, dan bekas luka itu harus terlihat. Biarlah bekas luka hatimu terlihat, karena orang-orang yang ada di jalan cinta dikenal dari bekas lukanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar