13 Juni 2011
TAK GUNA SOMBONG
terbalut daging sempurna bentuknya
Ketika selera diri rendah kau biarkan berkuasa
diri sejati tak lagi menampakkan warna aslinya
Hati menjadi gelap
Akal budi terpenjara
Logika terjebak fatamorgana
Kuda kuda liar lepas dari padang penggembalaan
JT
Bogor awal februari 2010
6 Juni 2011
BALADA PEMBUAT PERAHU
tak pula laut
Tak ada media yg memungkinkan karya tsb bs di operasikan .
NUH tdk kehilngn kesbrn
NUH tdk kehilngn keteguhan
NUH tdk kehilngn konsistensi dlm melaksanakan amanah suci
gairah murni
yg menggelegak di relung jiwa
gairah murni dari sebuah hati yg tlah tersucikan sempurna sebagai media tranformasi kehendak rob maha suci .
"kemarahanku adlh kemarahan ALLAH
kesabaranku adlh kesabaran ALLAH
Rintihanku adlh rintihan ALLAH
Ksh sayangku adlh ksh sayang ALLAH
Akulah sang nabi
membw beban sunyi dr langit berlapis pasti
tinggi sekali
kbr gembira & kabar sedih aku sampaikan
beruntunglah kalian yg mendengar &tdk melalaikannya ;
Dengarkan seruanku
sebelum azab itu dtng menimpamu
di saat engkau lelap dlm nikmat tidurmu
aku tdk minta upah untk pekerjaanku itu ".
ALLAH tlh mengunci rapat telinga & hati mrk
sehingga buta & tuli jiwanya
disebbkan dengki &kesombongan yg purba
Datanglah janji ALLAH
patahlah logika yg mrk berhalakan
hujan mengguyur 40 hr lamanya tiada henti
banjirlah yg trjd
tenggelamlah ngr yg prnh di rahmati ;
KAN'AN putra NUH sang nabi
durhaka pada hati nurani
terpedaya logikanya sendiri .
"Turunlah anakku .. ! sbntar lagi bukit itu akan tenggelam ..
selmtkn dirimu bersma mrk yg tlh diselamatkan ! ";
" TIDAK .. ! Kan'an akan trs berlari ketempat yg lbh tinggi lagi !
tdk mungkin air itu dpt membahayakanku .. , percayalah ayah ! "
NUH sang nabi bersedih
anak terkasih tak turut serta dlm perahu
memilih bersama keyakinan fikirannya
memilih bersama keliaran yg menyesatkan
.....
suara megah dari langit 2 jiwa
menghibur duka lara ;
"Jangan bersedih wahai hambaku yg soleh
juga orang 2 yg tlh di selmtkan
perahu NUH sang nabi terapung ditatas negri yg tenggelam
........
Sampailah air pada tempat yg paling tinggi
peradaban pun terhenti
dan akhirnya mati
.........
selamatlah NUH sang nabi bersama mereka yg mendengar dan mematuhi
hingga akhirnya terdampar di sebuah negri asing yg tlh berpenghuni
.........
Sejarah kemanusiaanpun terukir ulang kembali .. !
Kaum SYU'AIB menguasai pasar dunia !
Kaum MUSA mengangkangi demokrasi liar bangsa 2
SODOM and GOMORA ..
kaum LUTH berteriak lantang menuntut hak dan kebebasannya
......
sejarah terukir ulang kembali
tak perlu di sesali
musibah dan anugrah tipis batasannya
setiap penyeru pastilah di uji dgn para pendengki
yg gigih memusuhi
demi terjaganya otoritas wilayah kehendak selera diri rendah
yg cenderung berkhianat pada hati nurani
.........
Beruntunglah mereka yg sempat menyadari dan mendengar suara langit
lalu dgn sigap menangkap
dan mengurungnya dalam sangkar hati
menyesallah seharusnya mereka
yg tlh melalaikannya
dan membiarkannya pergi
berlanjut ..
Salam
Juned Topan
1 sept 2009
menjelang sahur saat bercengkrama dgn mantan pacar alias istriku .
(ini sebuah esensi sejarah dari alqur'an yg saya coba fahami dan mengadaptasi dalam kapasitas saya sbg hamba ALLAH tolong dimaklumi ketidak pantasannya sbg karya akademis ).
salam .. PARA PERINDU
TAFAKUR
Tak kubutuhkan padang sepi
Inilah pertapaanku
sebuah rumah kecil dgn enam orang anak dan seorang istri yg setia tinggal dalam kesederhanaan
di luarnya riuh gaduh tetanggaku yg asik bercengkrama tentang dunia
aku tdk pergi melebihi batas pintu
sesekali melongok lewat lubang tembok
burung 2 masih tetap bebas bernyanyi di tiap 2 pagi mengiringi matahari
anak anakku nampak mulai gelisah terhasut dunia lalu menggedor gedor menuntut haknya
terkadang tetanggaku riuh gaduh bertengkar atas nama harga diri dan hal yg percuma
aku terus saja berdzikir menentramkan jiwa
kusapa para rosul dan nenek moyang mulia
ketakutan demi ketakutan bagai badai gelombang menghampiri dgn tegas aku ucapkan " tidak ada sesuatu musibahpun yg menimpa seseorang kecuali dgn izin Allah " lalu guncangan itu mereda perlahan
begitu pula kegembiraan yg hadir dgn pesonanya menakjubkan lalu aku kenang kisah nabi Sulaiman yg mabuk oleh pesona seekor kuda yg senilai separuh istananya
hingga panggilan rob maha suci terlewat dari kesadaranya ketika tersadar bahwa dirinya telah dilalaikan dari mengingat Tuhannya maka di dihunusnya pedang ditebasnya kuda kesayangan yg senilai separuh istana itu ... Kembali aku disadarkan untuk selalu siaga mewaspadai kegembiraan sbg musuh yg menggelincirkan
SLAMAT JALAN JACKO
Apakah histeria dan isak tangis itu sanggup menolong menemanimu dalam penantian panjang menuju hari berbangkit
Slamat jalan jacko,boneka pujaan hamba dunia
insya'allah akan tentram kau di alam sana
Terkutuklah mereka yg telah merampas keindahan masa kecilmu
Terkutuklah mereka yg tlah memenjarakan gairah pencarianmu
Terkutuklah mereka yg hanya mendulang pesona keremajaanmu
Kita sama sama terlahir putih
bagai lilin mainanan kita di bentuk jadi mayusi yahudi nasrani atau hamba yg berserah diri
Slamat jalan jacko
engkau hanyalah korban konspirasi para pendulang duniai
masih banyak lagi korban korban yg belum menyadari
AMBISI JELAGA
Jangan terpukau retorika gembala gembala durna yg di dadanya di penuhi ambisi jelaga dan tipu daya
muslihatnya menghanyutkan
pesonanya menakjubkan
jaring itu tak kan di lepas
mereka senang melihat kita megap megap
mereka sadar dan rela bahagia di atas penderitaan rakyatnya
"ALLAH tdk akan merubah keadaan suatu kaum jika kaum tsb tdk mau merubah keadaan dirinya sendiri "
dan "ALLAH akan menggilir kejayayaan pada tiap 2 kaum"
yang patuh maupun yg durhaka sama sama berhak atas giliran
ORASI JALANAN
Semangat cinta terhadap tanah air seharusnya tdk melampaui semangat cinta seorang hamba kepada Tuhannya
Menyadari bahwa bumi dgn segala kandungannya adalah miliknya
Agar bumi pertiwi,rahim suci para pengabdi ini,sempurna sebagai sarana ritual sukur para penghuninya
Tolak ketika ada dorongan untuk merusak
Hambat ketika kehendak selera diri rendah mulai mendesak
Kembalilah pada cahaya
Cahaya maha cahaya
Nikmati iramanya
5 Juni 2011
Sastra Indonesia
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki. |
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu(dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayuyang tinggal di Singapura.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting]Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
- Angkatan Pujangga Lama
- Angkatan Sastra Melayu Lama
- Angkatan Balai Pustaka
- Angkatan Pujangga Baru
- Angkatan 1945
- Angkatan 1950 - 1960-an
- Angkatan 1966 - 1970-an
- Angkatan 1980 - 1990-an
- Angkatan Reformasi
- Angkatan 2000-an
[sunting]Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
[sunting]Karya Sastra Pujangga Lama
[sunting]Sejarah
- Sejarah Melayu (Malay Annals)
[sunting]Hikayat
|
|
[sunting]Syair
- Syair Bidasari
- Syair Ken Tambuhan
- Syair Raja Mambang Jauhari
- Syair Raja Siak
[sunting]Kitab agama
- Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
- Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
- Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
- Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
[sunting]Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat,Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
[sunting]Karya Sastra Melayu Lama
|
|
[sunting]Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka.Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
- Siti Nurbaya (1922)
- La Hami (1924)
- Anak dan Kemenakan (1956)
- Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
- Cinta yang Membawa Maut (1926)
- Salah Pilih (1928)
- Karena Mentua (1932)
- Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
- Hulubalang Raja (1934)
- Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
- Tak Disangka (1923)
- Sengsara Membawa Nikmat (1928)
- Tak Membalas Guna (1932)
- Memutuskan Pertalian (1932)
- Darah Muda (1927)
- Asmara Jaya (1928)
- Pertemuan (1927)
- Salah Asuhan (1928)
- Pertemuan Djodoh (1933)
- Menebus Dosa (1932)
- Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
- Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
[sunting]Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
- Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
- Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
|
|
[sunting]Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheisdianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
- Chairil Anwar
- Kerikil Tajam (1949)
- Deru Campur Debu (1949)
- Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
- Tiga Menguak Takdir (1950)
- Achdiat K. Mihardja
- Atheis (1949)
- Utuy Tatang Sontani
- Suling (drama) (1948)
- Tambera (1949)
- Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
- Suman Hs.
- Kasih Ta' Terlarai (1961)
- Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
- Pertjobaan Setia (1940)
[sunting]Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya,Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965dengan pecahnya G30S di Indonesia.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
[sunting]Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman,Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
|
|
[sunting]Angkatan 1980 - 1990an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain:Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
- Ahmadun Yosi Herfanda
- Ladang Hijau (1980)
- Sajak Penari (1990)
- Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
- Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
- Sembahyang Rumputan (1997)
- Arswendo Atmowiloto
- Canting (1986)
- Hilman Hariwijaya
- Lupus - 28 novel (1986-2007)
- Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
- Olga Sepatu Roda (1992)
- Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
- Dorothea Rosa Herliany
- Nyanyian Gaduh (1987)
- Matahari yang Mengalir (1990)
- Kepompong Sunyi (1993)
- Nikah Ilalang (1995)
- Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
- Gustaf Rizal
- Segi Empat Patah Sisi (1990)
- Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
- Ben (1992)
- Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
- Remy Sylado
- Ca Bau Kan (1999)
- Kerudung Merah Kirmizi (2002)
- Afrizal Malna
- Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
- Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
- Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
- Dinamika Budaya dan Politik (1991)
- Arsitektur Hujan (1995)
- Pistol Perdamaian (1996)
- Kalung dari Teman (1998)
[sunting]Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnyaOrde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
[sunting]Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara,Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
[sunting]Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
- Raudal Tanjung Banua
- Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
- Ziarah bagi yang Hidup (2004)
- Parang Tak Berulu (2005)
- Gugusan Mata Ibu (2005)
- Habiburrahman El Shirazy
- Ayat-Ayat Cinta (2004)
- Diatas Sajadah Cinta (2004)
- Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
- Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
- Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
- Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
- Dalam Mihrab Cinta (2007)
- Andrea Hirata
- Laskar Pelangi (2005)
- Sang Pemimpi (2006)
- Edensor (2007)
- Maryamah Karpov (2008)
- Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
- Ahmad Fuadi
- Negeri 5 Menara (2009)
- Ranah 3 Warna (2011)
- Tosa
- Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
- Melan Conis (2009)
[sunting]Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : duniasatra(dot)com.
[sunting]Pranala luar
- http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
- http://www.cybersastra.net/
[sunting]Referensi
- ^ Ricklefs, M.C. (1 Juni 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
- ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (1 Juni 1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
- ^ Yudiono (1 Juni 2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.
|