6 Februari 2012

AANJING, KUCING DAN TIKUS

oleh Suko Rahadi pada 6 Februari 2012 pukul 16:11



Anjing (1)


waktu kecil dulu, saya pernah punya seekor anjing. uberi nama anjing itu pleki. Dia, anjingku itu, senang sekali kuberi nama itu. setiap kali kupanggil namanya, "plekiplekipleki...." maka dia akan serta merta berlari mendekat sembari menjulurjulurkan lidah, mengopatngapitkan ekor dan badannya bergoyang-goyang tiada henti. lalu jiika aku membawa sepotong roti, misalnya, maka dia akan segera berdiri dengan tumpuan dua kaki belakang sedang kaki depannya akan mengaisngais berkehendak untuk dapat meraih roti yang ada di tanganku. lidahnya tetap terjulur, mulut menganga mengharapkan roti itu aku lempar masuk ke dalam mulutnya. Kawan, kalian tentu bisa membayangkan kejadian yang kuceritakan itu.

si pleki, jika kawan tahu, ah, cantik sekali anjing kesayanganku itu. tubuhnya tak kecil, namun juga tak terlalu besar dan tinggi. yang lebih menarik lagi adalah bulunya. Bulu si pleki, baiklah aku ceritakan kepada kawan, begitu lebat dan indah sekali. bulu itu menutup semua bagian tubuhnya, bahkan di bagian kepala juga sangat lebat dan panjang. bulu si pleki itu halus, lurus, dan mengkilat. warnanya? tentu kawan juga ingin tahu apa warna bulu anjingku itu. namun baiklah, aku tak akan memberitahukan apa warna bulunya. silahkan saja diwarnai sekehendak hati kawan semua. boleh putih, abu-abu, merah, coklat, belang hitamputih, atau warna apa saja terserah kehendak dan selera kawan. yang jelas, saya ulangi lagi, bulu si pleki itu lebat, lurus, halus, bersih dan tersisir rapi.

hampir tiap minggu pagi si pleki kuajak lari pagi. bukan seperti merka yang di kota itu, karena si pleki tak kuikat lehernya dengan tali rantai. jika pun ada kalung di lehernya, itu tempat untuk menggantungkan klinthingan agar berbunyi gemerincing jika sedang berlari.

menuju sungai. ya, tiap minggu pagi si pleki ikut berlarilari pergi ke sungai, mengikutiku dan menemaniku memandikan sapi di kali wetan. Kali wetan itu, sesuai dengan sebutannya, terletak di sebelah timur dusun tempat tinggalku. itu untuk memudahkan dalam penyebutan saja. sebenarnya sungai itu adalah sungai/kali winongo kecil, anak sungai kali winongo. Jika kawan pernah ke jokjakarta, maka perhatikanlah bahwa sepanjang jalan samas, selepas jembatan sungai kali winongo ke arah selatan akan ada aliran sungai yang mengarah lurus ke pantai samas. ya, sungai dan jalan itu berdampingan.

namun, perlu aku ceritakan kepada kalian, bahwa kali wetan yang dahulu sudah jauh berbeda dengan yang sekarang. tentu saja itu akibat perkembangan jaman.

Jaman dulu, sebagaimana di tempat yang lainnya, sepanjang bibir kali senantiasa rungkut ditumbuhi berbagai pepohonan. ada kayu jati, ada pohon kluwih, ada banyak tanaman jarak, pohon ketapang kebo juga mudah kita temui. rumpun bambu? ya, rumpun bambu juga ada. namun yang paling banyak dan menarik bagiku adalah pohon pisang. pohon pisang ini tumbuh secara liar, tak terurus dan tanpa kontrol. beranak pinak sesuka hatinya. jikalau tak punya sayur, maka dengan mudah kita bisa mencari tanaman kangkung liar di sepanjang bantaran sungai. tapi hatihati, jangan sampai keliru memetik kangkung londo. kangkung jenis ini sama enaknya, namun kawan akan mencret dibuatnya jika berani memakan barang selembar daun. pohon trembesi juga ada.

lalu apa menariknya sehingga aku harus bercerita tentang pepohonan itu? baiklah. pohon itu akan melindungi sesiapapun dari pandangan orang lewat saat dia mandi di kali. he.he.

mandi di kali? ya, itu asyik sekali. bisa dikata bahkan, setiap bayi yang lahir di kampungku langsung bisa berenang. namun itu tentu berlebihan. yang jelas, karena dekat sungai, sejak kecil anak-anak di kampungku sudah bisa berenang.

si pleki, anjingku yang kuceritakan tadi, juga mahir berenang. dia senang sekali saat ikut ke sungai. tubuhnya akan mengapung di sungai, gelagepan berenang di ceruk yang agak dalam lalu minggir dan mengibasngibaskan bulu indahnya. di saat itulah aku suka berjalan sepanjang sugai mencari udang untuk si pleki. udang pun ada bermacam warna dan jenis, waktu itu. entah sekarang ini. udang adalah jenis ikan yang paling mudah ditangkap. pun rasanya paling gurih jika dimasak. aku suka mengambil telor yang ada di kali udang itu, lalu aku usap-usapkan ke sekujur tubuh si pleki. mungkin karena itulah bulunya tumbuh subur sekali.

kirakira sejarak 1 km ke utara dari tempatku memandikan sapi, ada sebuah warung yang sekalipun tak pernah aku masuki. warug sengsu. kalian tahu, apa itu sengsu?

~bersambung kukira ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar